Platform yang Bikin Candu

Randy Arba
5 min readMar 7, 2021

--

Siang ini saya mendapatkan link Twitter, karena menarik, saya kemudian membaca thread sampai selesai, hal yang menyedot perhatian saya adalah topik yang dijelaskan oleh thread starter, bahasan yang diangkat adalah tentang perusahaan besar yang sudah mendunia, penjelasan tersebut meliputi latar belakang bagaimana perusahan tersebut meraih valuasi sebesar 247 Million US Dollar.

Mungkin Anda bertanya-tanya siapa perusahaan yang saya jelaskan di atas, Saya akan memberikan petunjuk, perusahaan ini bergerak di bidang entertainment yang menawarkan supscription untuk menonton secara streaming, bisa berupa tv show dan film, film populer diantaranya adalah The Queen’s Gambit , The Witcher, Stranger Things, Breaking Bad, dan Money Heist. Benar, Perusahan tersebut adalah Netflix.

Netflix adalah platform yang menjual subscription kepada penonton untuk dapat menikmati film bahkan bisa ditonton secara offline. Perusahan ini didirikan sejak 1997 oleh Reed Hastings dan Marc Randolph di Scotts Valley California. Sudah banyak pivot yang dilakukan Netflix untuk bisa tetap mengikuti perkembangan zaman, sampai pada titik dimana pivot ini di tunjukan netflix dengan bertranformasi dari penjualan DVD menjadi Streaming online/offline populer , hal ini pun dibarenga dengan perubahan logo Netflix.

Sampai detik ini Netflix sudah meraup untung dalam penawaran subscription kepada pelanggan setia, Pada tahun 2020 Netflix berhasil memperoleh jumlah pelanggan sebesar lebih dari 200 Juta (23 Ribu pelanggan/jam)dan jumlahnya akan terus bertambah dalam kuartal pertama di tahun 2021. Bahkan masa pandemi ini, yang notabene beberapa perusahan mengalami kelesuan, Netflix malah mendulang banyak untung.

User Centrict

Netflix mampu menarik minat pelanggan dikarenakan inovasi dan ide yang selalu dikembangkan. Pelanggan merupakan faktor terpenting dalam pengembangan produk dan bisnis, kita dapat mengenali teknik ini sebagai user centric methods. Siapa yang nggk suka, apabila Applikasi mampu mengerti atau mengetahui keinginan kita. Semua orang suka saat diperhatikan bukan? Dengan cara itulah Netflix menggaet pengguna, kita akan menyebut nya sebagai personalisasi. Teknik personalisasi ini memungkin untuk aplikasi memberikan sesuatu kesukaan pengguna sehingga pengguna merasa puas menggunakannya. Jenis personalisasi dari Netflix; Page Personalitation, Search Algorithms, dan Messaging and Marketing Personalization

Personalisasi ini bukanlah hal yang baru, teknik dari sedikit strategi yang digunakan banyak perusahaan sukses untuk menarik pelanggan mereka. Bagaimana tidak, pengguna akan disuguhkan content yang relevan sesuai dengan apa yang pengguna inginkan. Hal-hal yang relevan ini erat kaitannya dengan efek filterisasi, dimana content akan disaring sedemikian rupa untuk memperoleh hasil yang diinginkan, otomatis, content yang tidak ikut kesaring akan dibuang. Situasi dimana orang mengonsumsi content yang telah disaring tadi disebut sebagai Cocktail Party Effect.

Coctail Party Effect adalah situasi ketika kemampuan seseorang fokus pada satu pembicara atau obrolan dalam lingkungan yang ramai dan berisik. Bayangkan saja kamu diposisi pesta yang ramai, kamu hanya mampu mendengarkan dan memahami satu kelompok yang membicarakan politik, dalam waktu yang bersamaan kamu membiarkan dan tidak fokus dengan kelompok yang membicarakan bisnis. Istilah Coctail Party Effect diperkenalkan oleh Collin Cherry, salah seorang saintis berkebangsaan British di tahun 1950.

Semakin banyak pengguna terkena Coctail Party Effect pada aplikasi semakin meningkat pula tingkat engagement-nya, engagement ini menjadi tolak ukur kesuksesan sebuah app. Tak dapat dipungkiri bahwa seseorang pernah berkata, apabila engagement suatu aplikasi atau fitur ini kurang berarti aplikasinya ada yang salah, selanjutnya jika tidak segera diperbaiki maka akan berpengaruh pada proses bisnis.

Data Mining

Cara supaya pengguna terkena Coctail Party Effect adalah dengan menyodorkan personalisasi atau content yang relevan. Untuk memperoleh content yang relevant maka dibutuhkan Mesin Rekomendasi (Recommendation Engine). Mesin rekomendasi ini mampu memilah dan memilih apa yang ingin ditampilkan oleh suatu user berdasarkan data user yang tersedia, konsep ini dapat dikatan sebagai kecerdasan buatan (Artificial Intelegence).

“More than 80% of Netflix shows that customers watched in the last two years have been as a direct result of Netflix’s recommendation engine — not someone searching for a specific piece of content.” — Netflix

Perlu digarisbawahi disini, mesin rekomendasi hanya bisa jalan apabila data yang diolah benar-benar beragam dan tersedia dalam jumlah banyak. Kamu bisa bayangkan apabila data tidak tersedia, lalu apa yang harus direkomendasi ke pengguna? Jadi saya bisa bilang mustahil, ketika rekomendasi itu memiliki data kosong, mesin rekomendasi ini sejatinya memiliki default data, default data ini menjadi cadangan data apabila rekomendasi mesin tidak mampu menyediakan data yang sesuai.

Lantas bagaimana caranya mesin ini memperoleh banyak data atau menambah data lagi? Tentu saja dengan mengambil data pengguna, semakin banyak data pengguna yang diperoleh dari pengguna semakin pintar dan kaya rekomendasi yang diberikan. Pemperolehan data pengguna ini pasti pernah anda temui, misalnya saja lewat statistic usagement, contoh apabila web meminta Anda untuk mengizinkan menerima cookie, atau mengambil tindakan atas aksi Anda, atau bisa juga mengambil informasi data anda baik secara langsung (di isi ketika menggunakan app/web melalui form) atau tidak langsung (mengambil dari akun email, social media, dll). Tindakan ini dikenal dengan istilah User Tracking.

User Interface and User Experience

Tidak hanya dari mesin rekomendasi saja, Netflix juga bermain di ranah tampilan dan pengalaman pengguna. Singkatnya aplikasi mobile harus benar-benar ramah terhadap pengguna. Misalnya saja pengalaman pengguna saat mencari film atau drama (User Experience/UX) apakah letak keyword saat pengguna mengisi sudah tepat sasaran? apakah pengguna benar-benar mengetahui hasil pencarian? Atau bisa juga apakah filter pencarian mudah digunakan oleh user? User Experience ini memang kasat mata, proses keberhasilan bisa diperoleh ketika user puas dengan apa yang dia lakukan selama menjalankan aplikasi.

The UX/UI Design of the application improves the user experience and customer satisfaction that ultimately helps increase the number of users of the specific application. — @thinkwik

Thumbnail yang digunakan Netflix, Fokus pada aktor dan layout judul film, serta komposisi thumbnail yang beragam. sumber : https://netflixtechblog.com/artwork-personalization-c589f074ad76

Netflix juga memainkan emosi pengguna lewat Thumbnail (Thumbnail Personalitation), setelah berbagai riset yang dilakukan selama beberapa kali, netflix menyadari bahwa thumbnail ini memerankan bagian penting, khususnya memainkan emosi dna representasi kepada pengguna. Lewat thumbnail netflix mampu membawa pengguna untuk mengerti film yang ingin ditonton, Netflix tidak asal comot thumbnail DVD atau film secara langsung melainkan harus ada proses editing. Sebagai contoh, Netflix akan memportontonkan kengerian film dengan aktor yang sedang teriak, ini akan menjadi thumbnail yang menarik bagi pengguna, thumbnail yang membawa emosi bagi para pengguna sebelum menonton.

--

--